Gambar 1. Faris (kiri) Biolog dan Reza (kanan) Geolog yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Palu-Koro berpose saat sedang mengamati Bakteri penghasil Hidrogen. Sumber: Hilmi Lazuardi
Sesar Palu-Koro adalah salah satu sesar aktif yang berada di Indonesia, sesar yang memanjang sejauh kurang lebih 500 KM mulai dari Teluk Bone hingga Teluk Palu ini selalu menjadi sesuatu momok yang mengancam bagi masyarakat Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu, Kab. Donggala, Kab. Poso dan Kab. Sigi karena sangat berpotensi mengakibatkan Gempa Bumi.
Dibalik ancamannya, Sesar Palu-Koro ternyata menyimpan Sumber Daya Alam yang sangat melimpah. Hal ini dibuktikan dengan adanya temuan Bakteri Termofilik yang mampu memproduksi Hidrogen oleh Tim Ekspedisi Palu-Koro dan Universitas Tadulako di beberapa titik sumber air panas di jalur sesar Palu-Koro. “Bakteri ini mampu memproduksi hidrogen melalui beberapa tahapan, pada awalnya Bakteri ini sudah pernah ditemukan oleh Faris di sumber mata air panas Bora, ternyata bakteri tersebut juga terdapat di mata air panas daerah Kulawi dan Gimpu yang sampelnya sudah kita ambil dan teliti.” Ujar Reza Permadi yang menjadi delegasi IAGI di Ekspedisi Palu-Koro.
Gambar 2. Foto Bakteri Termofilik yang mampu memproduksi Hidrogen. Sumber: Faris
Hidrogen, merupakan bahan bakar ramah lingkungan yang saat ini menjadi salah satu primadona riset energi baru terbarukan karena hasil pembuangannya bukan gas, melainkan uap air. Energi yang dihasilkan 2,7 kali lipat lebih besar daripada biofuel. “Tak seperti produksi hidrogen dengan teknik elektrokimia atau termokimia yang mahal. Kami menggunakan bakteri termofilik yang mampu bertahan hidup pada suhu 90o celsius, yang mampu memproduksi hidrogen melalui proses alami bakteri pada jalur fermentasi gelap, sehingga produksi hidrogen akan terus berkelanjutan selama masih terdapat substrat dan bakterinya,” ujar Faris, Biolog dari Tim Ekspedisi Palu-Koro.
Secara geologi, Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau yang memiliki potensi panas bumi, sebagian besar potensi panas buminya berasosiasi dengan lingkungan geologi non- vulkanik tercatat hingga tahun 2015, potensi panas bumi non-vulkanik di Pulau Sulawesi tersebar di 60 lokasi (Badan Geologi, 2015). Panas bumi non-vulkanik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem panas bumi yang tidak berhubungan dengan aktivitas vulkanisme Kuarter, terdapat di lingkungan sedimen, plutonik, dan metamorf, berhubungan dengan proses tektonik, dan manifestasi didominasi/ dicirikan dengan kehadiran mata air panas. “Ada banyak manifestasi panas bumi berupa sumber mata air panas di sepanjang sesar palu-koro, hal ini memungkinkan terdapatnya bakteri termofilik yang serupa di sumber-sumber mata air panas tersebut dan mampu dikembangkan menjadi Biohidrogen untuk dikonversi menjadi Energi Baru Terbarukan”. Ujar Reza.
Gambar 3. Lokasi Potensi Panas Bumi Non-Vulkanik di Pulau Sulawesi. Sumber: Badan Geologi
(Biro Media IAGI)