Talkshow dan Workshop “Menumbuhkan Kesadaran Pentingnya Mitigasi Bencana Alam melalui Eksperimen Sains”

Kondisi geologi Indonesia membuat Negara kita memiliki potensi sumber daya energi yang melimpah serta daerah wisata yang menakjubkan. Namun dibalik itu semua, geologi Indonesia juga menyimpan potensi bencana yang harus kita waspadai.

Secara geologi Indonesia berada diantara tiga lempeng besar dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia. Hal ini menyebabkan banyak gempa bumi terjadi di tanah air kita ini. Indonesia juga termasuk kedalam jalur Ring of Fire, sehingga 129 gunungapi aktif di Indonesia membentang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa tenggara hingga Maluku. Selain itu masih ada bencana banjir, longsor, dan tsunami yang setiap saat dapat terjadi.

Hal inilah yang melatar belakangi Biro Kursus IAGI, Planet Sains serta Badan Geologi untuk menyelenggarakan workshop mitigasi bencana geologi bagi guru-guru SD, SMP dan SMA di Bandung dan sekitarnya. Bandung memiliki potensi bencana yang harus di 1 waspadai, seperti gempa bumi yang sewaktu-waktu dapat di sebabkan oleh aktifnya sesar lembang, letusan gunungapi tangkuban perahu, banjir yang sering melanda bandung bagian selatan dan bencana lainnya. Pengetahuan akan bencana geologi dan mitigasi perlu dimiliki oleh para guru sehingga dapat disampaikan kepada para muridnya sebagai pencerdasan sejak dini.

Workshop mitigasi bencana geologi ini diselenggarakan pada hari sabtu, 23 Januari 2016, di Aula Museum Geologi. Acara dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi penyampaian materi oleh Dr. Ir. Igan S. Sutawidjaja, MSc. dan Ir. Hari Utomo serta sesi workshop eksperimen detektor bencana banjir.

2  3

Peserta sangat antusias mengikuti workshop ini. Pak Igan, pemateri dari Badan Geologi, menyampaikan tentang bahaya gunungapi diawal presentasinya. Pak Igan menjelaskan bahwa gunungapi terbentuk akibat dari tumbukan antar lempeng, dimana lempeng samudra menunjam dibawah lempeng benua. Akibat gesekan antar lempeng tersebut terjadi peleburan batuan sehingga membentuk larutan pijar yang disebut magma. Tempat keluarnya magma tersebutlah yang disebut gunungapi. Tentu pengetahuan ini merupakan hal yang baru bagi para peserta.

Kemudian dijelaskan pula bahaya gunung api yang dapat berpengaruh bagi kehidupan kita. Bahaya gunungapi antara aliran lava, awan panas, hujan abu, lahar, ataupun gas vulkanik yang beracun. Lava merupakan cairan magma yang telah keluar ke permukaan dari gunungapi. Temperatur lava dapat mencapai 8000C sehingga dapat membakar apapun yang dilewatinya. Awan panas atau sering disebut wedhus gembel juga menjadi ancaman bagi penduduk di sekitar gunungapi karena memiliki temperatur yang tinggi serta bergerak dengan kecepatan mencapi ratusan kilometer per jam.

4

Oleh karena itu usaha mitigasi perlu dilakukan. Pak Igan menjelaskan upaya mitigasi bahaya gunungapi telah dilakukan oleh PMVBG. Setiap gunungapi memiliki stasiun pengamatan. Ketika aktifitasnya meningkat maka akan ada pemberitahuan pada manyarakat untuk segera mengungsi. Sehingga masyarakat dapat dipindahkan ke daerah yang lebih aman.

Itulah salah satu materi yang disampaikan oleh Pak Igan. Kemudian pemateri kedua, Pak Hari dari Planet Sains sekaligus sebagai Direktur Biro Kursus IAGI, menyampaikan tentang pentingnya kesadaran mitigasi bencana alam melalui eksperimen sains. Pak Hari menyebutkan pentingnya mitigasi bencana alam antara lain :

  • Menghindarkan terjadinya korban jiwa akibat bencana.
  • Mengurangi dampak kerusakan baik berupa infrastruktur maupun bangunan, ekonomi akibat bencana.
  • Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi dampak bencana.

Kemudian Pak Hari menyampaikan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk pencerdasan terhadap mitigasi bencana alam adalah dengan metode eksperimen sains. Keuntungan metoda ini adalah meningkatkan kemampuan kognitif siswa dan guru, meningkatkan keterampilan afektif, dan meningkatkan keterampilan psikomotor para siswa.

Pada sesi kedua, peserta diajak untuk mensimulasikan salah satu kit eksperimen detektor banjir. Peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari empat orang tiap kelompoknya. Dalam waktu 20 menit peserta harus menyelesaikan miniatur detektor bencana banjir. Peserta sangat antusias mengikuti simulasi ini. Ada kelompok yang mengerjakan sesuai petunjuk dengan lancar, namun ada juga yang terlihat kesulitan.

7  5

Setelah kurang lebih 15 menit berlalu, ada satu kelompok yang berhasil menyelesaikannya. Kemudian miniatur detektor banjir tersebut diuji coba pada suatu wadah yang sedikit demi sedikit ditambah air. Ketika air mencapai ketinggian tertentu, detektor banjir tersebut dapat menyala, tandanya awas banjir. Kelompok pertama telah berhasil membuat miniatur detektor banjir. Kemudian kelompok lain, satu per satu juga menyelesaikan detektor banjir tersebut. Diakhir acara peserta dan pembicara melakukan sesi foto bersama.8

Comments

comments

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *