Detail

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK BATUAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI BATUAN RESERVOIR PADA DAERAH BATURAJA DAN BANGKA UTARA (PART I)

Daerah Sumatra Selatan memiliki sistem petroleum yang hingga saat ini dikenal produktif dalam menghasilkan hidrokarbon. Ahli geologi telah mengetahui pembagian elemen sistem petroleum pada daerah ini dari mulai batuan atau formasi yang berperan sebagai source rock, reservoir, hingga trap. Persepsi bahwa batuan reservoir selalu dikaitkan dengan batuan sedimen (batupasir dan batugamping) saat ini mulai berubah. Batuan beku sekali pun menurut penelitian terbaru dapat berperan sebagai batuan reservoir dengan memanfaatkan rekahan-rekahan pada tubuh batuan tersebut. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan hal ini adalah Basement-Fractured Reservoir dengan terminologi basement atau batuan dasar yang umumnya adalah batuan beku. Untuk memperdalam pengetahuan mengenai geologi daerah Sumatra Selatan dan Pulau Bangka serta kaitannya dengan potensi reservoir, IAGI Learning Center akan mengadakan field trip ke daerah Sumatra Selatan (Baturaja) dan Bangka Utara dengan Ir. Hari Utomo sebagai koordinator pada field trip tersebut. Field trip yang akan dilaksanakan pada tanggal 4-7 September 2017 ini dipimpin langsung oleh Bapak Awang H. Satyana yang merupakan Senior Advisor G&G SKK Migas dengan peserta field trip para geosaintis Indonesia. Field trip ini merupakan suatu proses pembelajaran untuk lebih memahami secara komprehensif mengenai geologi regional serta kaitannya dengan sistem petroleum pada daerah Sumatra Selatan dan Pulau Bangka dengan melihat karakter batuan dari formasi-formasi serta mengidentifikasi karakter rekahan-rekahan yang terdistribusi pada batuan dasar atau basement, yang dalam hal ini adalah batuan beku granitik. Identifikasi karakter rekahan pada batuan beku granitik ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai potensi batuan beku granitik sebagai batuan reservoir yang mengandung hidrokarbon. Field Trip akan dilakukan pada 2 lokasi berbeda yaitu di daerah Baturaja, Sumatra Selatan dan Pulau Bangka. Survey pendahuluan telah dilakukan pada tanggal 9-10 Agustus 2017 dengan mengunjungi 8 stopsite (singkapan), 4 stopsite terfokus di daerah Baturaja dan 4 stopsite lainnya tersebar di utara dan sisi timur Pulau Bangka. Daerah Baturaja Pada daerah Baturaja terdapat 4 singkapan pada masing-masing stopsite, 3 stopsite termasuk ke dalam Formasi Talang Akar dan 1 stopsite termasuk ke dalam Formasi Baturaja. Berdasarkan kolom stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan dan sekitarnya, Formasi Talang Akar dan Formasi Baturaja merupakan endapan syn rift dan post rift (sagging) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. Distribusi formasi pada area Sumatra Selatan ditunjukkan pada Gambar 2. Peta lokasi stopsite di area Baturaja ditunjukkan pada Gambar 3. [caption id="attachment_2298" align="aligncenter" width="522"]Gambar 1. Kolom stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan dan Sekitarnya (Guide Book Field Trip South Sumatra Pertamina EP, 2011) Gambar 1. Kolom stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan dan Sekitarnya (Guide Book Field Trip South Sumatra Pertamina EP, 2011)[/caption] [caption id="attachment_2299" align="aligncenter" width="960"]Gambar 2. Peta geologi darah Sumatra Selatan dan sekitarnya (Materi Field Trip South Sumatra Awang H. Satyana, 2017) Gambar 2. Peta geologi darah Sumatra Selatan dan sekitarnya (Materi Field Trip South Sumatra Awang H. Satyana, 2017)[/caption] [caption id="attachment_2301" align="aligncenter" width="300"]Gambar 3a. Lokasi daerah Baturaja, Sumatra Selatan Gambar 3a. Lokasi daerah Baturaja, Sumatra Selatan[/caption] [caption id="attachment_2300" align="aligncenter" width="1025"]Gambar 3b. Peta lokasi stopsite pada daerah Baturaja (kiri) Gambar 3b. Peta lokasi stopsite pada daerah Baturaja[/caption]

  1. Stopsite 2.1.a dan Stopsite 2.1.b
Stopsite 2.1.a dan 2.1.b berada di area tambang batupasir Tanjung Baru, Baturaja. Singkapan ini memiliki lebar ±100 m dengan ketebalan mencapai 20 – 25 m. Singkapan terdiri dari batupasir kuarsa, batupasir konglomeratan, dan konglomerat. Singkapan batupasir kuarsa umumnya memperlihatkan bentuk pengisian alur-alur (channel fills) yang beramalgamasi. Singkapan pada stopsite 2.1.a dan 2.1.b merupakan Formasi Talang Akar (Oligosen – Miosen Awal) bagian bawah dengan singkapan pada stopsite 2.1.a relatif lebih tua daripada singkapan pada stopsite 2.1.b. Batupasir memiliki warna putih kekuningan, ukuran butir pasir kasar-sangat kasar, pemilihan baik, butiran membundar tanggung, kemas tertutup, masif, porositas baik, dengan mineral dominan kuarsa. Batupasir konglomeratan memiliki ciri warna putih kekuningan, ukuran butir pasir kasar-kerakal, sebagian berangkal, pemilahan buruk, butiran membundar tanggung, kemas terbuka, masif, butiran menghalus ke atas, porositas baik, segar, mineral kuarsa, dan terdapat fragmen litik. Sedangkan konglomerat memiliki ciri warna putih kekuningan, ukuran butiran pasir sangat kasar-berangkal, pemilahan buruk, butiran membundar tanggung, kemas terbuka, masif, porositas baik, segar, terdapat butiran batulempung dan mineral kuarsa. Berikut adalah foto singkapan pada stopsite 2.1.a dan 2.1.b. [caption id="attachment_2303" align="aligncenter" width="841"]Singkapan batupasir, batupasir konglomeratan, dan konglomerat pada stopsite 2.1.a (1, 2, 3) dan pada stopsite 2.1.b (4) Gambar 4. Singkapan batupasir, batupasir konglomeratan, dan konglomerat pada stopsite 2.1.a (1, 2, 3) dan pada stopsite 2.1.b (4)[/caption] 2. Stopsite 2.2 Stopsite 2.2 berada pada tambang batu kecil Tanjung Baru, Baturaja. Singkapan ini memiliki lebar ±20 meter dengan tinggi mencapai ±3 meter. Singkapan terdiri dari batupasir karbonatan, batugamping packstone, dan batulempung. Singkapan pada stopsite 2.2 ini merupakan Formasi Talang Akar (Oligosen – Miosen Awal) bagian atas dengan umur relatif lebih muda dari singkapan pada stopsite 2.1.a dan 2.1.b. Batupasir memiliki ciri warna abu-abu, ukuran butir halus hingga sedang, bersifat karbonatan, masif, porositas sedang, segar, mineral terdiri dari kuarsa. Batulempung memiliki ciri warna abu-abu muda dan terlihat kenampakan menyerpih. Sedangkan batugamping packstone memiliki ciri warna abu kekuningan, masif, segar, kompak, terdapat fosil foraminifera dan moluska. Berikut adalah foto singkapan pada stopsite 2.2. [caption id="attachment_2302" align="aligncenter" width="892"]Gambar 5. Singkapan batupasir, batugamping, dan batulempung pada stopsite 2.2 Gambar 5. Singkapan batupasir, batugamping, dan batulempung pada stopsite 2.2[/caption] 3. Stopsite 2.3 Stopsite 2.3 berada di area Objek Wisata Lesung Bintang, tepi jalan raya Bengkulu – Lampung.  Singkapan ini memiliki lebar ±30 meter dengan tinggi singkapan ±7 meter. Singkapan terdiri dari batugamping wackestone packstone dan merupakan bagian dari Formasi Baturaja (Miosen Awal). Formasi ini memiliki umur relatif lebih muda dari Formasi Talang Akar (singkapan pada stopsite 2.1.a, 2.1.b, dan 2.2). Batugamping wackestone – packstone memiliki ciri warna abu-abu gelap, porositas baik, kompak, dan terdapat fosil. Berikut ada foto singkapan pada stopsite 2.3. [caption id="attachment_2304" align="aligncenter" width="897"]Singkapan batugamping wackestone - packstone pada stopsite 2.3 Gambar 6. Singkapan batugamping wackestone - packstone pada stopsite 2.3[/caption] Bersambung....