15 Desember 2014
1.
Koordinasi dengan Dinas ESDM dan PU Kabupaten Banjarnegara
Pertemuan dengan dinas ESDM Banjarnegara dan PU di lakukan di kantor dinas ESDM Banjarnegara. Dinas ESDM mengharapkan agar IAGI – MGEI – ESDM – BPPD dapat membuat peta rawan longsor dan sosialisasi serta melakukan penelitian terhadap tempat relokasi yang sudah disiapkan / direncanakan oleh Kepala Desa. Menurut informasi yang di dapat dan melihat peta yang ada, daerah Banjarnegara yang berpotensi longsor sebanyak
60%. Daerah rawan longsor yang sudah di petakan adalah 5 kecamatan di daerah Banjarnegara diantaranta Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Kalibening, Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Pandanarum, dan Kecamatan Karangkobar.
Peta yang ada masih dalam skala kecil dan mereka berharap setiap kecamatan memiliki peta potensi longsor. Disepakati juga untuk membuat materi sosialisasi yang komunikatif untuk para penduduk desa.
[caption id="attachment_2040" align="aligncenter" width="516"]
Sosialisasi dengan dinas ESDM dan PU[/caption]
2.
Melakukan survey bersama Staf ESDM Banjarnegara ke daerah relokasi kecamatan
Wanayasa
Di Kecamatan Wanayasa terjadi longsor dan Pemerintah meminta masyarakat agar tempat tinggalnya di relokasi dan mesyarakat tersebut sudah menyetujui. Jumlah yang harus direlokasi adalah 36 KK terdaftar dengan luas wilayah relokasi yang sudah tersedia 19.382 m2. Setelah melihat tempat relokasi tersebut dan diskusi dengan tim ESDM kami menyarankan agar melakukan penelitian geoteknik detail mengenai kondisi batuan lempung sebagai penyusun formasi batuan di tempat tersebut setidaknya melakukan pengeboran manual kurang lebih berkedalaman 3 – 7 meter di tiga titik lokasi untuk mengetahui kondisi batuan kempung dan kemiringan lapisan bantuan lempung tersebut, Melakukan pematangan lahan jika dinyatakan secara geologi sudah aman serta merencanakan sistem drainase yang baik sehingga air bisa cepat dialirkan dan pembatasan jumlah rumah penduduk relokasi sesuai dengan kekuatan tanah dan membatasi jenis rumah yang akan di bangun.
[caption id="attachment_2041" align="aligncenter" width="625"]
Lokasi Relokasi Desa Pencil[/caption]
3.
Koordinasi dan Sosialisasi dengan BNPB di lokasi Bencana
Di posko induk Karangkobar, BNPB berharap IAGI – MGEI bisa secepatnya memberikan batuan informasi dan sosialisasi daerah potensi longsor yang ada di Banjarnegara khususnya di sekitar lokasi bencana, meminta secepatnya dilakukan evaluasi lokasi untuk penempatan relokasi yang baru untuk korban longsor serta berharap agar IAGI – MGEI dapat membantu menyebarkan informasi mengenai kebutuhan relokasi dan pembangunan kembali pemukiman kembali korban ongsor dilokasi yang aman. Mengenai kebutuhan logisik, BNPB berpendapat bantuan logistik kebutuhan makanan diperkirakan akan tertanggulangi tetapi yang harus dipikirkan segera adalah kebutuhan untuk relokasi dan
pembangunan kembali pemukiman korban longsor dilokasi yang baru. Akan ada kebutuhan untuk perumahan kurang lebih 100 KK dan BNPB berharap IAGI bisa menyebarkan kebutuhan ini ke perusahaan-perusahaan pertambangan agar membantu. Kemungkinan bulan Januari sudah harus dimulai relokasi korban longsor.
4.
Evakuasi korban longsor
Kami juga berkesempatan terlibat langsung melakukan evakuasi di daerah TKP selain juga untuk mengetahui kebutuhan tim evakuasi dan melihat secara langsung proses evakuasi di lokasi bencana. Dari hasil pengamatan kami tim evakuasi sangat membutuhkan bantuan peralatan dan alat bantu untuk melakukan evakuasi seperti, pacul, linggis, dll. Dari hasil lokasi longsor terlihat sebenarnya ada kemungkinan seorang geologist untuk melukan rekonstruksi terjadinya bencana sehingga bisa membantu dan mengarahkan tim evakuasi untuk mencari lokasi terbaik korban longsor. Kemungkinan untuk melukan rekonstruksi ini akan diperlukan peta topografi dan foto satelit untuk mengetahui keadaan dusun sebelum terjadi bencana.
[caption id="attachment_2042" align="aligncenter" width="625"]
Keadaan Lokasi Longsor saat ini[/caption]
5.
Koordinasi dengan Mahasiswa Geologi/relawan di lokasi Karangkobar
Koordinasi dengan mahasiswa geologi dari Unsoed dan Undip. Pada saat ini mereka sedang malakukan dopping logistik dan mereka menyatakan siap untuk mendukung program sosialisasi. Untuk sosialisasi bencana tanah longsor nantinya akan perlu dukungan lebih masif dari mahasiswa dan unsur lain seperti FGMI, Mahasiswa UGM, dll.
16 Desember 2014
1.
Koordinasi Evakuasi Apel Pagi untuk para Relawan
Memberi masukan di setiap apel pagi untuk para relawan agar pencarian terfokus Kegiatan koordinasi ini selalu dilakukan disetiap apel pagi, ini sangat penting karena pencarian korban dapat terfokus, TIM IAGI – MGEI melakukan koordinasi setelah melalukan rekontruksi kejadian yang ada, dan rekomendasi yang kami buat cukup memudahkan pencarian.
Kegiatan hari ini akan difokuskan ke daerah yang sudah diperkirakan banyak korban yaitu sektor 1 dan 2 dan pencarian dilakukan dengan bantuan alat berat yang terdiri dari loader (5) excavator (10).
[caption id="attachment_2044" align="aligncenter" width="625"]
Kegiatan apel pagi tim evakuasi[/caption]
2.
Evakuasi
Kegiatan evakuasi pada hari ini terkendala, pertama karena hujan maka kegiatan evakuasi dihentikan jam 12 siang. Kami menyarankan pada tim evakuasi jika terjadi hujan maka kegiatan harus dihentikan, karena akan sangat berbahaya terlihat tanda- tanda longsor susulan di sektor 1. Sehingga jika cuaca tidak terkendali tim evakuasi diharapkan meninggalkan lokasi longsor tersebut. Pencarian kali ini terfokus di sektor 1 dan 2 dan mendapatkan 8 jenasah.
[caption id="attachment_2045" align="aligncenter" width="625"]
Kegiatan Evakuasi Korban Longsor Dusun Jemblung[/caption]
3.
Pembelian alat evakuasi
Dana dari MGEI dan IAGI yang terkumpul digunakan untuk pembelian alat evakuasi, antara lain, sarung tangan, pacul, sekop, linggis, sepatu boots, alat semprot dan mesin pemadam kebakaran dengan bertekanan tinggi. Alat ini sangat membantu karena melihat keadaan alat yang kurang bagus yang digunakan relawan, maka dari itu kami membeli alat dengan kualitas yang lebih baik agar tidak cepat rusak.
4.
Mencari informasi dan merekonstruksi pra kejadian longsor dan pasca longsor dengan warga sekitar Dusun Jemblung serta Perhutani
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kejadian yang sebenarnya terjadi di dusun jemblung sehingga dari informasi ini akan sangat membantu untuk merekontruksi dan melihat dimana lokasi korban yang tertimbun longsoran.
Tim mengirimkan koordinat GPS kepada tim pendukung di Jakarta untuk mendapatkan citra satelit situasi sebelum terjadi longsoran. Dengan memanfaatkan Google Earth maka citra tersebut bisa segera didapatkan.
Diskusi dengan Para petugas perhutani dan didampingi oleh warga Jemblung dan slatri menginformasikan bagaimana keadaan rumah warga sebelum kejadian dan berapa jumlah warga yang menjadi korban longsor. Dan kegiatan ini juga mendapat antusias dari para masyarakat untuk berkomunikasi dengan kajian secara ilmiah dan saling berinteraksi terhadap daerah sekitar di wilayah Banjarnegara tentang longsor. Mereka pun antusias menanyakan bagaimana mekanisme terjadinya longsor dan mengapa banjarnegara menjadi daerah yang rawan longsor. Setelah diskusi ini mereka mengerti akan bahaya longsor dan bagaimana keadaan Banjarnegara dan mereka mulai mengerti bagaimana longsor terjadi di derah Banjarnegara.
5.
Mengunjungi pengungsian di posko Perhutani
Kami juga berkesempatan untuk mengunjungi para korban di posko Perhutani. Posko ini banyak dari Desa Slatri. Posko ini ditempati pengungsi sebanyak 71 orang. Untuk masalah sembako posko ini aman.
6.
Melakukan evaluasi dengan para tentara dan anggota tim SAR
Kegiatan ini dilakukan setiap malam dan pemaparan dimana titik korban ditemukan dan target esok hari dimana daerah yang difokuskan untuk pencarian selanjutnya.
7.
Ada longsor susulan disekitar lokasi longsor pertama
Terjadi longsor susulan pada pukul 17.25 WIB didaerah sekitar lokasi longsor di Dusun Jemblung. Tim evakuasi selalu di berikan peringatan agar tidak menjelajahi wilayah dekat longsoran pada kondisi cuaca memburuk.
(0) Daftar Komentar