News Details

  • 18-04
  • 2013

REGENERASI DAN KADERISASI DI IAGI

Acara syukuran Ulang Tahun IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) ke 53 alhamdulillah berjalan cukup meriah. Tema “Regenerasi dan Kaderisasi” ini secara diam-diam dimulai sejak awal persiapan serta penyelenggaraan acara malam syukuran ini telah sukses dijalankan oleh FGMI. Setelah dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, beragam pentas berjalan meriah dipandu oleh Mas Ipul. Acara dihadiri oleh sesepuh dan mantan ketua-ketua IAGI, Pak Koesoema, Pak Zuhdi Pane, Abah Yanto, Pak Andang juga Pak Luthfi yang juga sharing pengalaman dalam mengelola IAGI dimasal lalu. Juga hal penting kritik serta usulan beliau-beliau yang disampaikan untuk pengurus IAGI dan generasi muda. Wakil Pengda serta instansi termasuk LIPI, SKKMIGAS, dan mahasiswa (Forhimagi) wah terlalu banyak kalau disebut satu-satu. Beragamnya acara dimulai dengan sharing pengalaman juga pemaparan tema kali ini “Renegenerasi dan Kaderisasi IAGI”.  
Demografi anggota IAGI 2013
Pemaparan yang saya lakukan selaku Ketua Umum IAGI adalah data tentang anggota IAGI. Data anggota IAGI yg ada saat ini ada “sekitar” 4300, mengapa “sekitar”, adakah yang pasti ? Ini merupakan salah satu tugas kesekretariatan untuk memverifikasi data anggota IAGI yg masih aktif. Demografi anggota IAGI menunjukkan usia aktif anggota antara 30-60 tahun, terlihat adanya gap atau kesenjangan seperti yang terlihat pada gambar terlampir. Jumlah anggota diatas usia 50 anggotanya menurun. Grafik ini juga menunjukkan bawah rata-rata setiap angkatan ahli geologi diwakili sekitar 100 anggota. Kalau (asumsi) jumlah lulusan sarjana geologi itu sekitar 400 sarjana pertahun, maka IAGI telah menyerap 25%nya. Namun pada saat ini mungkin lulusan sarjana geologi sudah jauh meningkat dengan adanya sekitar 20 universitas dan institut yang memiliki jurusan geologi. Barangkali ini memperlihatkan bahwa daya tarik IAGI secara proporsi (prosentase) menurun dari tahun ketahun. Saat ini IAGI juga memiliki anggota mahasiswa (status anggota luar biasa), mereka dikoordinasikan dan aktif dalam kegiatan FGMI. Gambar kedua memperlihatkan distribusi anggota IAGI berdasarkan pekerjaannya. Salah satu tantangan IAGI adalah merekrut anggota-anggota yang berkecimpung dalam berbagai bidang ilmu dan bidang kerja supaya diversity atau keberagaman IAGI mencerminkan keberagaman Indonesia.  
Statistik Anggota IAGI
Kegiatan-kegiatan IAGI juga masih didominasi kegiatan Ekstraksi, peran serta bidang profesi lain masih sangat diperlukan. Termasuk Geoteknik yg merupakan kegiatan konservasi dan persiapan lahan (urban geologi) yang menjadi laporan utama Berita IAGI yang akan mulai dikirimkan ke anggota pekan ini. Grafik ketiga memperlihatkan usia ketua-ketua IAGI ketika menjabat sebagai ketua IAGI. Cukup menarik, mengapa usia ketua IAGI ini cenderung semakin tua (eh semakin dewasa :) ) ?. Berapa usia Pak Sutaryo Sigit ketika pertamakali menjadi Ketua Umum IAGI ? Perkiraan saya buat karena, sekali lagi, kurang validnya data yg ada di IAGI. Menurut Pak Koesoema dibawah 30 tahun !, Juga ketika Pak Koesoema mengambil inisiatif mengaktifkan kembali tahun 1974, beliau berusia 37 tahun. Semakin tuanya usia pemimpin IAGI ini, banyak ragam dugaan serta penjelasan mengenai hal ini. Benarkah ini akibat kurang bagusnya regenerasi atau kaderisasi di IAGI ? Ataukah ini memang secara alamiah sulit mencari kader baru karena lingkungan dan kungkungan sewaktu mahasiswanya menjadi enggan dan cuek dengan organisasi. Mungkin juga karena demografi serta bertebarannya geologi sehingga tidak terjangkau oleh IAGI utk ditarik menjadi anggota. Silahkan berpendapat.  
Usia Ketua-ketua IAGI saat dilantik.
Namun yang menjadi salah satu konsen saya selaku Ketua Umum IAGI yang sekarang adalah belajar dari sejarah sendiri dan pentingnya mempersiapkan kader-kader organisatoris IAGI dimasa depan. Salah satu yang dilakukan adalah memfasilitasi geologi muda ini dalam berkiprah di IAGI. Learning atau pembelajaran dari daftar usia ketua IAGI ini cukup menakjubkan saya. Ketua-ketua yang saat dilantik usianya 40 kebawah menyandang gelar Doktor (Phd) di otaknya. Artinya seorang organisastoris itu juga harus PANDAI dalam bidangnya. Persis apa yang disinggung mantan Ketua IAGI, Pak Luthfi, bahwa semua urusan itu akan menjadi bagus bila ditangani oleh yang benar-benar ahli di bidangnya. Dan memang pada saat beliau-beliau menjabat sebagai ketua umum IAGI telah banyak membuat terobosan-terobosan baru. Salah satu nasehat baru untuk kader-kader muda IAGI adalah belajar yang sungguh-sungguh tetapi tidak melupakan jiwa sosisal berorganisasi. Jiwa organisatoris ini juga tercermin pada semua mantan Ketua IAGI, selalu hadir dalam kegiatan IAGI. Mantan-mantan ketua ini masih terus memantau, memberikan bimbingan serta memberikan kritik yg diperlukan IAGI.
Acara di Hotel Bidakara
Pada kesempatan khusus, FGMI (Forum Geosaintis Muda Indonesia) memaparkan kiprah dan hasil kerjanya yang sudah dijalani dalam setahun ini. FGMI telah mengundang pertanyaan kepenasaran pada anak muda, dan juga wejangan diberikan dari para senior dan sesepuh IAGI. Proses kaderisasi itu sebuah proses yang diperlukan untuk menjaga ‘sustainability’ jalannya organisasi. Acara syukuran ini dimeriahkan oleh nyanyian para hadirin dan Pak Syaiful menutup acara syukuran ini pada pukul 11 malam.