Eksotisme Cekungan Jawa Timur: Mud Volcano Bledug Kuwu dan Kontak Reservoir Ngrayong dengan Formasi Bulu

Penulis An Ikhrandi | Jumat, 21 November 2014

Destinasi East Java Basin Fieldtrip di hari kedua menuju Bledug Kuwu yang termasuk kedalam Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Bledug Kuwu merupakan mud volcano yang terbenuk oleh diapir akibat kombinasi tektonik kompresi and tekanan gas hidrokarbon di bawah permukaan. Gas yang terperangkap pada batupasir Ngarayong Formasi Tawun menekan keatas membentuk struktur diapir menembus lapisan shale yang diendapkan diatasnya. Tebal dari lapisan shale ini sekitar 300 m dan merupakan formasi yang paling muda pada Cekungan Jawa Timur (Nachrowi dan Koesoemo, 2003). Tidak seperti magmatic volcano yang memiliki kepundan yang built up, bledug kuwu merupakan kumpulan pipa saluran atau vent set pada daerah yang datar dan secara periodik mengeluarkan lumpur dan gas (Gambar 1.1), cakupan lumpurnya hingga sekarang sudah mencapai luas sekitar 45 hektar. Vent terbesar yang diberi nama Joko Tuwu berdiameter sekitar 9 m dan mampu melontaran lumpur hingga ketinggian 5,3 meter dengan temperatur lumpur berkisar 28-30⁰C. Sedangan vent terkecil yang diberi nama Roro Denok berdiameter kurang dari 1 m hanya mengeluarkan gelembung gas CO2 dan juga H2S. Vent terkecil yang masih mengeluarkan lumpur hanya memiliki suhu 15-16⁰C (Burgon dkk., 2002) yang mangandung air lebih banyak (lower density).

2.1

Gambar 1.1 Lumpur dan gas yang keluar pada Bledug Kuwu Mud Volcano

Belum ada penelitian yang memastikan kapan terjadinya Bledug Kuwu ini. Namun fenomena Bludug Kuwu ini  masuk kedalam legenda lokal ketika Ajisaka mulai datang ke Jawa Tengah bagian utara yaitu pada abad kedelapan, anaknya yang bernama Joko Linglung merupakan seekor naga bawah tanah yang muncul ke permukaan dan masuk kembali ke dalam tanah, bekas lubangnya menyisakan semburan lumpur panas. Dari legenda tersebut, barangkali umur terjadinya Bledug Kuwu sekitar 1300 tahun lalu. Peserta fieldtrip pun mengabadikan kehadirannya di fenomena Bledug Kuwu yang eksotis ini (Gambar 1.2).

 2.2

Gambar 1.2. Peserta fieldtrip Pertamina PHE WMO mengabadikan momen dengan Mud Volcano Bledug Kuwu

 

Setelah disuguhi dua kali maateri mud volcano, peserta fieldtrip melanjutkan petualangannya melihat sisi lain dari Cekungan Jawa Timur. Target observasi kali ini adalah singkapan anggota Ngrayong dan Formasi Bulu di Polaman dan Sungai Braholo yang termasuk Zona Rembang (Pringgoprawiro, 1983).

Singkapan Polaman menghadirkan kontak antara anggota Batupasir Ngrayong dengan Formasi Bulu. Berdasarkan Pringgoprawiro (1983) anggota Ngrayong termasuk kedalam Formasi Tawun. Batupasir ini juga disebut “Upper Orbitoiden-Kalk” oleh Trooster (1937). Pringgoprawiro (1983) mendeskripsikan Ngrayong sebagai anggota dari Formasi Tawun yang terdiri dari batugamping orbitoid dan serpih di bagian bawahnya, dan perselingan batupasir, batugamping dan lignit di bagian atas. Umur satuan ini N19-N12 berdasarkan Blow (1969) atau pada Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan fluvial-estuarin pada bagian utara dan menjadi marin pada bagian selatan. Ngrayong merupakan reservoir utama pada lapangan minyak yang terdapat di Cepu dengan ketebalan bervariasi sekitar 300 m. Formasi Bulu terdiri dari batugamping pasiran berselingan dengan napal pasiran. Fosil foraminifera besar (Cycloclyypeus annulatus) melimpah di formasi ini. Umur formasi ini berada pada zona N13. Satuan ini menebal kearah barat dengan ketebalan berkisar 360 m dan di timur ketebalan berkisar 80 m. Berdasarkan litologi dan faunanya, Formasi Bulu terendapan pada lingkungan shallow open-marine. Pada kontak formasi di singkapan Polaman menghadirkan batulempung non karbonatan dan batupasir di bottom dan batugamping klastik pada bagian top (Gambar 1.3).

2.3

Gambar 1.3 Kontak Formasi Bulu dengan Anggota Ngrayong di Singkapan Polaman

Peserta melanjutkan perjalanan ke Sungai Braholo, disini anggota Ngrayong dengan litologi batupasir kuarsa, lempung pasiran dan batugamping orbitoidal tersingkap di tebing sungai yang tinggi. Zona sesar terindikasi oleh kehadiran air terjun, breksi sesar, gores garis, kekar gerus dan kekar tarik (Gambar 1.4). Zona sesar ini merupakan bagian dari Zona Rembang. Zona sesar disini memiliki arah barat-timur yang termasuk pada sayap bagian selatan Antiklin Ngampel. Dari singkapan sesar, Nachrowi dan Koesoemo, (2003) membuat skesta penampang geologi yang berarah Barat-Timur seperti pada Gambar 1.5, sesar normal memotong Batugamping Orbitoid dan Anggota Ngrayong.

2.4

Gambar 1.4. Gores garis dan kekar gerus pada zona sesar yang melewati Anggota Ngrayong di Sungai Braholo

2.5

Gambar 1.5. Sesar normal memotong Batugamping Orbitoid dan Anggota Ngrayong(Nachrowi dan Koesoemo, 2003).

Foto Keren

 

Comments

comments

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *