Relevansi Lingkungan Karbonat Modern Kepulauan Seribu terhadap Perkembangan Reservoir Hidrokarbon di Indonesia

Studi Pulau Seribu menawarkan kita kesempatan untuk memepelajari sedimen karbonat modern, proses pembentukan dan evolusi karang, distribusi fasies, geometri build-up, dan proses diagenesis awal. Studi singkapan dan batuan inti karbonat berumur Oligo-Miosen di Indonesia, menunjukkan bahwa hubungan kondisi dan facies serupa dengan lingkungan karbonat modern yang analog. Pentingnya reservoir karbonat terhadap sistem hidrokarbon regional dan global dimasukkan ke dalam perspektif. Oligo-Miosen adalah umur saat produksi karbonat terjadi secara luas di Asia Tenggara. Reservoir karbonat dari lapangan Arun, Natuna, Luconia, dan lapangan penting lainnya diendapkan selama kurun waktu ini (Jordan dan Abdulla, 1992; Courteney, dkk., 1989 ; Epting, 1989; Kusumastuti dkk., 2002). Lapangan ini menunjukkan karakteristik yang dapat dikaitkan dengan tren global Oligo-Miosen. Kecenderungan ini berdampak pada hampir-seragamnya perkembangan karbonat yang diendapkan di daerah tropis selama kurun waktu ini dan bersama-sama dengan pengaruh lokal dari iklim dan tektonik, dapat dimanfaatkan untuk menentukan mengapa interval sejarah geologi ini sangat potensial dalam pembentukan reservoir hidrokarbon yang sangat baik. Informasi dirangkum sebagai berikut.

12027825

1) Tiga transgresi besar orde-kedua terjadi selama akhir Tersier: akhir Oligosen-Miosen awal, Miosen tengah, Miosen akhir-Pliosen awal (Hardenbol dkk, 1998). Kondisi di mana produksi karbonat mampu mengimbangi transgresi ini, sangat memungkinkan terbentuknya suksesi karbonat yang tebal, berelief tinggi, dan backstepping.

2) Dimulai pada Eosen-Oligosen, peristiwa pendinginan global yang signifikan dimulai dengan lapisan es (ice sheets) di Antartika meluas dan perairan yang lebih dingin mulai bersirkulasi ke laut dalam (Shackleton dan Kennett, 1975). Transisi dari kondisi Greenhouse menjadi Icehouse mengakibatkan amplitudo fluktuasi permukaan laut yang lebih tinggi, yaitu orde ke-3 dan ke-4. Fluktuasi ini, sering di orde 100 meter, mengakibatkan penyingkapan sedimen ke permukaan menjadi sering dan sangat umum. Kemunculan ini sering menyebabkan pembentukan lensa air tawar yang menginisiasi proses diagenesis meteorik yang dihasilkan dari perkembangan bentang alam karst dan sistem gua.

3) Bersamaan dengan inisiasi event pendinginan besar (major cooling event) di Oligosen, pergeseran kimia laut terjadi, yang mendukung pembentukan aragonit dan high-magnesium calcite (HMC) yang mendominasi terumbu karang-alga (Tucker dan Wright, 1990). Aragonite dan HMC lebih rentan daripada low-magnesium calcite untuk terlarut dan ter-rekristalisasi bila terpapar dengan air meteorik. Diagenesis meteorik memberikan efek yang signifikan terhadap porositas sekunder dan sistem permeabilitas pada sedimen tersebut.

4) Pada Miosen awal, perkembangan karang meningkat di seluruh dunia dan karang scleractinian muncul sebagai komponen frame-building yang dominan (Perrin, 2002). Karang ini dapat tumbuh dengan cepat hingga 24 cm/tahun dalam studi modern (Davies, 1983), dan memungkinkan untuk terjadinya karbonat build-up yang dapat mengimbangi kenaikan muka air laut yang paling cepat. Hal ini memberikan konstruksi rangka robust untuk citra karbonat berelief tinggi pada seismik dan ditemukan di banyak daerah tropis dan subtropis saat ini.

Kondisi ini menawarkan skenario reefal build-up yang mampu mengimbangi transgresi terbesar laut, dan menghasilkan akumulasi sedimen tebal yang umumnya secara mineralogi bersifat metastabil, meningkatkan kerentanannya terhadap leaching selama penurunan muka air laut, yang sering terjadi, karena terjadinya Icehouse. Perkembangan reservoir dengan porositas yang sangat baik dan memiliki net to gross tinggi umum terjadi.

Dengan melhat build-up Pulau Seribu saat ini, kita mendapatkan gambaran mengenai build-up Oligo-Miosen. Meskipun koral scleractinian terus berkembang, bumi masih berada pada kondisi Icehouse dan sedimen masih berpotensi menjadi aragonitik dan HMC. Lapangan Arun khususnya, memiliki hubungan erat dengan Pulau Seribu di Yordania, 1998. Jordan menemukan facies yang mirip dan pola facies di Arun seperti yang diamati di Pulau Seribu saat ini dan bahkan didokumentasikan kesamaan karang yang luar biasa (semua kecuali satu genus dari 20 genus dicatat dari Arun ditemukan hari ini di Pulau Seribu).

12006268

Latar belakang untuk setiap diskusi tentang perkembangan pertumbuhan karang dan facies di nusantara adalah peran tektonisme. Kolisi lempeng Australia dan lempeng India terhadap lempeng Asia berperan penting dalam membangun rezim iklim musiman yang khas di kawasan Asia Tenggara. Gerakan berkelanjutan dari Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik menghasilkan susunan fragmen yang membentuk kepulauan dan dalam proses menghasilkan beberapa perubahan yang luar biasa dan cepat pada permukaan laut relatif dan tidak diragukan lagi berperan besar dalam banyak siklus frekuensi tinggi yang terbukti dalam catatan sedimentasi karbonat Miosen di seluruh daerah.

Comments

comments

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *